Jumat, 09 April 2010

Menjadi Guru Profesional

Oleh Aang Kusmawan

Pengesahan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebatas pengabdian dengan jaminan kesejahteraan minim. Dengan keberadaan UU ini, guru adalah orang yang betul-betul profesional dengan jaminan kesejahteraan memadai. Ini merupakan elan baru dalam dunia keguruan Indonesia.

Dengan jaminan UU ini, terdekonstruksilah makna profesionalisme guru yang dulunya tidak diminati menjadi profesi yang paling diminati di antara profesi lainnya, seperti ditunjukkan dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas beberapa waktu lalu. Dari hasil jajak pendapat tersebut diketahui bahwa profesi guru menjadi profesi yang paling diminati di antara profesi lain, seperti dokter dan wartawan.

Sebanyak 29,5 persen responden berpendapat bahwa profesi guru merupakan profesi yang paling diminati oleh mereka, disusul profesi dokter/bidan dan peneliti/ilmuwan pada profesi berikutnya. Profesionalisme dalam arti dasar adalah ketika seseorang bekerja sesuai dengan basis pendidikannya masing-masing. Seorang pengajar di lembaga pendidikan haruslah berpendidikan dari lembaga pendidikan tinggi keguruan (LPTK). Ketika lulusan LPTK bekerja menjadi akuntan, itu tidak bisa dikatakan profesional. Dalam kaitannya dengan kesejahteraan (baca: imbalan) adalah hal wajar ketika seorang profesional mendapatkan imbalan memadai karena dia akan bekerja maksimal sehingga menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Hubungan antara profesionalisme dan imbalan bersifat linear.

Namun, dalam konteks pendidikan Indonesia, khususnya dunia keguruan, gambaran tersebut baru berlaku setelah UU Guru dan Dosen disahkan. Sebelumnya profesi guru tidak lebih seperti "pepesan kosong". Dari luar kelihatannya sangat elok dan menarik, tetapi isinya kosong. Jabatan guru memang mendapatkan tempat di hati masyarakat, tetapi ketika berbicara tentang kesejahteraan, nilainya sangat minim (baca: kosong). Di Indonesia hal yang linear itu tidak terjadi.

Alibi dari minimnya kesejahteraan tersebut adalah kemampuan negara yang memang minim. Di satu sisi alibi ini bisa diterima, tetapi di sisi lain sulit diterima. Di luar alibi tersebut realitas berkata, sebelum UU Guru dan Dosen disahkan, kesejahteraan guru betul-betul sangat minim.

Jangka waktu disahkannya UU Guru dan Dosen ini sangatlah lama. Dalam amatan penulis, secara sederhana kondisi ini telah menimbulkan beberapa masalah dalam dinamika kehidupan guru yang tampaknya masih terkandung sampai sekarang, termasuk ketika UU Guru dan Dosen telah disahkan pemerintah baru-baru ini. Masalah tersebut adalah masalah kultural/tradisi, moral, dan struktural.

Tantangan

Kemunculan masalah kultural/tradisi bertitik tolak dari permasalahan waktu. Lamanya kondisi guru berada dalam ketidaksejahteraan telah membentuk tradisi-tradisi yang terinternalisasi dalam kehidupan guru sampai sekarang. Konkretnya, tradisi itu lebih mengacu pada ranah akademis.

Minimnya kesejahteraan guru telah menyebabkan konsentrasi guru terpecah menjadi beberapa sisi. Di satu sisi seorang guru harus selalu menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbarui dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Di sisi lain, sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan, seorang guru dituntut memenuhi kesejahteraannya secara berbarengan.

Dalam praktiknya, seorang guru sering kali lebih banyak berjibaku (baca: berkonsentrasi) dengan usahanya dalam memenuhi kesejahteraan keluarga. Akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu, sisi-sisi peningkatan kualitas akademis menjadi tersisihkan dan hal ini terus berlangsung sampai sekarang. Minimnya kesejahteraan guru dalam jangka waktu lama telah menggiring budaya/tradisi akademis menjadi terpinggirkan.

Permasalahan moral muncul hampir berbarengan dengan permasalahan kultural. Hemat penulis, permasalahan moral ini bisa disamakan dengan permasalahan watak dari guru itu sendiri. Akar masalahnya sama, muncul sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan guru. Minimnya kesejahteran guru secara tidak langsung telah menggiring guru-guru dalam ruang-ruang sempit pragmatisme. Yang terbayang oleh seorang guru ketika melaksanakan proses pendidikan adalah bagaimana seorang guru bisa dengan cepat menyelesaikan target studi yang telah dirancang. Setelah itu guru bisa langsung beralih profesi sejenak demi mendapatkan tambahan pendapatan karena kesejahteraannya minim. Akhirnya, pendidikan yang seyogianya diselenggarakan melalui proses memadai terabaikan. Hasil akhir menjadi target utama dibandingkan dengan proses yang dilaksanakan. Inilah wujud nyata dari watak-watak pragmatis.

Permasalahan struktural lebih mengacu pada kondisi atau struktur sosial seorang guru di luar proses pendidikan (baca: lingkungan sosial). Jika mengacu pada sumber masalah, hal ini berasal dari minimnya kesejahteraan yang dimiliki seorang guru. Minimnya tingkat kesejahteraan secara materialistis dari seorang guru telah menyebabkan posisi sosial guru di masyarakat tersubordinasi.

Posisi sosial guru menjadi terkesan lebih rendah daripada masyarakat lain yang berprofesi bukan guru, katakanlah itu seorang konsultan, manajer, pengacara, dan lainnya. Padahal, seperti kita ketahui, secara hakikat, profesi yang digeluti seseorang adalah sama, tidak saling menyubordinasi. "Inferiority complex"

Yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam hal ini adalah efek dari subordinasi sosial tersebut. Efek tersebut adalah perasaan rendah diri dari seorang guru, atau dalam bahasa Pramoedya Ananta Toer sebagai inferiority complex. Bagi seorang guru, perasaan rendah diri seperti ini merupakan hal yang harus dihindari. Fungsi guru sebagai pentransformasi sosial kepada peserta didik memerlukan kepercayaan diri yang besar. Bukan tidak mungkin perasaan-perasaan rendah diri tersebut akan menular kepada peserta didik. Hal ini tentu saja sangat berbahaya.

Simpulan sederhana dari ketiga masalah tersebut adalah bahwa akar permasalahan guru kontemporer adalah tingkat kesejahteraan. Minimnya tingkat kesejahteraan guru menjadi permasalahan pokok. Di luar kontroversi tentang UU Guru dan Dosen tersebut, kita mendapatkan pembenaran dari UU Guru dan Dosen tersebut, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

Lima tahun pascapengesahan UU Guru dan Dosen merupakan masa transisi menuju profesionalisme guru seutuhnya. Oleh karena itu, dalam konteks menuju profesionalisme guru seutuhnya tersebut, masalah-masalah di atas seyogianya diposisikan sebagai sebuah tantangan yang harus segera dijawab.

Ketika tahun 2009 diisi oleh kerja keras guru dalam menjawab ketiga tantangan tersebut, perjuangan menuju profesionalisme guru telah melaju beberapa langkah ke depan. Dengan demikian, menjadi hal wajar apabila tahun 2009 dijadikan sebagai tahun menuju profesionalisme guru seutuhnya. Semoga tahun 2009 menjadi kado manis bagi dunia pendidikan Indonesia.

AANG KUSMAWAN Staf Litbang Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan Universitas Pendidikan Indonesia

Read More ..

Strategi Belajar Mengajar

KITA belajar berdasarkan yang dibaca, didengar, dilihat, dikatakan dan dilakukan. Secara bahasa strategi biasanya diartikan sebagai siasat, kiat, terik atau cara. Sedangkan secara umum maknanya adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum dalam kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan istilah lain strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa untuk mencapai tujuan mengajar tertentu.

Untuk melaksanakan tugas secara profesional seorang guru memerlukan wawasan yang baik dan terukur tentang kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang dirumuskan.

Batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi.
1. Mengindentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai dengan perubahan zaman.
2. Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
4. Menetapkan norma batas minimal keberhasian atau kriteria dan standar keberhasilan. Sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru melakukan evaluasi hasil belajar. Selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional secara keseluruhan.

Dari keempat uraian di atas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar mengajar, strategi belajar mengajar pada dasarnya memiliki implikasi sebagai berikut:

1. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui pembelajaran.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi dan pandangan filosofi masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik mengajar.
4. Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan belajar.
Hakikat proses belajar mengajar terkaitan dengan konsep belajar. Banyak definisi tentang belajar, diantaranya:
1. Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
2. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi yang sama,. Perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.

3. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

4. Belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
5. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut terlihat dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan daya fakir dan kemampuan lain.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikat adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walau pada kenyataannya, tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
Dalam belajar yang terpenting adalah proses. Bukan hasil yang diperoleh. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri. Adapun orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar, agar belajar mendapatkan hasil baik. (*)

Oleh:
Gunawan SPdI
Guru SD Namira Tanjung Sari

Read More ..

Perkembangan Peserta Didik

1.1 Latar Belakang
Manusia senantiasa mengalami pertumbuhan dan berkembang. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologi sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat. Perkembangan juga merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain perkembangan merupakan perubahan fungsionalyang dipengaruhi oleh pencapaian tingkat kematangan fisik dan intelek.
Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh gejolak karena pada pertumbuhan fisik dan kehidupan lingkungannya terjadi ketidakseimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan fisik, intelek, emosi, berbahasa, sosial dan nilai remaja.
Suatu lingkungan dalam kehidupan remaja merupakan keadaan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan membawa perubahan-perubahan apa yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor dari tumbuh kembangnya remaja, remaja dibantu oleh orang tua, guru dan orang dewasa lainya bahkan teman sejawat untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkannya.
Setiap individu remaja memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Seorang remaja tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Akan tetapi dengan sendirinya pola-pola tersebut berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau pembentukan pengalaman yang harus dipelajari terlebih dahulu. Dalam diri setiap individu seorang remaja juga memiliki minat atau sifat yang alami walaupun minat atau sifat tersebut terdorong dari potensi tertentu yang membentuk dasar dari minat apa saja yang dikembangkan oleh remaja didalam lingkungan tempat remaja tersebut tumbuh dan berkembang.
Dalam kehidupan remaja pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat presentasinya, terlepasdari potensi individu untuk menguasai suatu bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki remaja dirumah mempengaruhi kemampuan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
Minat dan sikap setiap individu remaja terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar, semuanya merupakan faktor-faktor perbadaan diantaraindividu setiap remaja. Faktor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap-sikap anggota keluarga dirumah dan orang-orang yang berada dilingkungan sekitar. Latar belakang keluarga, baik dilihat dari segi sosial ekonomi maupun sosiokultural, adalah berbeda-beda. Demikian pula lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisikakan memberikan pengaruh yang berbeda-beda.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah pengamatan ini, yaitu:
a. Dapat memahami latar belakang perkembangan remaja.
b. Dapat memahami karakteristik perkembangan remaja.
c. Dapat memahami pencapaian perkembangan remaja.
d. Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
e. Dapat memahami pengaruh perkembangan remaja dalam suatu peristiwa khusus.
f. Dapat memahami kebutuhan-kebutuhan perkembangan remaja.
g. Dapat memahami permasalahan yang muncul terkait dengan perkembangan remaja.

1.3 Metode Penulisan
Sumber data diperoleh dari Tri Cahyadi Putra (nama samaran), seorang siswa SMU (disamarkan). Data yang digunakan dalam pengamatan ini, yaitu hasil dari isian instrumen atau angket. Pengumpulan data dari Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dilakukan pada tanggal 26 Mei 2008. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara wawancara dan pengisian instrumen atau angket.
Instrumen atau angket ini berisikan pertanyaan yang ditujukan kepada Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dan orang tuanya, yang berisikan identitas, latar belakang keluarga, pencapaian perkembangan, peristiwa-peristiwa khusus remaja, kebutuhan-kebutuhan pribadi remaja, dan permasalahan-permasalahan remajadari objek pengamatan tersebut. Untuk lebih jelasnya instrumen atau angket yang telah diisi dapat dilihat pada lampiran 1: Instumen Atau Angket Pertanyaan, pada halaman 18 sampai dengan halaman 21.

BAB II
PAPARAN DATA

2.1 Identitas Subjek
a. Nama : Tri Cahyadi Putra__(Samaran)
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Usia : 17 tahun
d. Sekolah/ Kelas : SMU__(Samaran) / II
e. Alamat : Disamarkan

2.2 Latar Belakang Keluarga
Latar belakang keluaga merupakan salah satu pengaruh penting dalam pertumbuhan dan berkembangnya seorang remaja. Keluarga merupakan lingkunganyang pertama dan utama bagi remaja.
Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan seorang siswa SMU (disamarkan) kelas 2 dengan umur 17 tahun. Struktur keluarga dari Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sedangkan pendidikan terakhir dari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; bapak SPG dan ibu SPG, sedangkan pekerjaan dari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; bapak PNS yang merupakan seorang guru, dan ibu PNS dan juga merupakan seorang guru. Sedangkan agama yang dianut oleh keluaga Tri Cahyadi Putra (nama samaran), adalah Islam. Pola asuh dari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dari segi pendidikan, yaitu dengan memasukkan Tri Cahyadi Putra (nama samaran) ke sekolah-sekolah yang berkualitas yang menyediakan sarana dan peralatan-peralatan sekolah yang memadai. Pola asuh dari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dari segi agama, yaitu dengan memasukkan Tri Cahyadi Putra (nama samaran) ke TPQ, agar mendapatkan pelajaran keagamaan lebih dalam dan membentuk ahlaknya. Pola asuhdari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dari segi sosial, yaitu dengan memberikannya kebebasan dalam menentukan pergaulan dan tetap menghormati pada setiap orang walaupun berbeda agama dan suku, serta dapat membedakan mana yang baik ataupun buruk.

2.3 Peristiwa-Peristiwa Khusus
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. Seorang remaja dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh sesuatu penalaran dan berbagai pertimbangan yang objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupan seorang remaja terdapat peristiwa yang dianggapnya sebagai sesuatu peristiwa penting atau khusus. Adapun peristiwa yang diangap penting atau khusus dari segi negatif bagi Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; ia pernah kedapatan merokok oleh orang tua, dimarahi dan diperingatkan. Sedangkan peristiwa yang diangap penting atau khusus dari segi positif bagi Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; pernah jalan ke sebuah kampung disana Cahyadi Putra (nama samaran) melihatorang-orang yang serba kekurangan dan sadar bahwa ia patutnya bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya.

2.4 Kebutuhan-Kebutuhan Pribadi
Dalam proses pertumbuhan dan berkembangnya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seorang remaja mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan atau motif. Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seorang remajayang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Harapan dari kebutuhan yang belum terpenuhi yang dapat membuat Tri Cahyadi Putra (nama samaran) puas, antara lain; mendapatkan sepeda motor, mendapatkan nilai yang bagus dikelas, mempunyai banyak teman, setelah lulus dapat masuk diuniversitas yang seperti yang diinginkan. Sedangkan kebutuhan yang dapat membuat Tri Cahyadi Putra (nama samaran) tidak puas, yaitu kebutuhan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

2.5 Permasalahan-Permasalahan Remaja
Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja selalu mendambakan kemandirian, dalam artian menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problem kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional. Adapun suatu problem atau masalah yang dialami oleh Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu; pernah setres karena didiamkan oleh bapak Tri Cahyadi Putra (nama samaran) karena kedapatan merokok, sedangkan dari pengalaman disekolah; ia pernah masuk BP karena dituduh menyontek yang bukan perbuatannya, ia juga pernah dicuekin sama teman-temannya karena ia bersikap egois dan suka ceplas-ceplos.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas Subjek
Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan siswa salah satu SMU yang ada di Malang. Dari hasil pengamatan Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan salah satu siswa yang cerdas, ia selalu dapat rangking dikelas, akan tetapi dilain pihak Tri Cahyadi Putra (nama samaran) juga merupakan anak yang sedikit nakal dan sedikit tidak bisa diatur. Tanpa memperdulikan berapa pun umur seorang remaja, karakteristik pribadi dan kebisaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak hari kemudian.
Proses pertumbuhan dan berkembangnya Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan proses transisi dari keadaan fisik dan pikirannya. Menurut hasil pengamatan dari pertumbuhan dan perkembangan Tri Cahyadi Putra (nama samaran), hasil dari perkembangan fisik cukup baik, karena orang tuanya selalu memperhatikan dalam pemberian makan dan kesehatannya. Dengan demikian orang tua dari Tri Cahyadi Putra (nama samaran) selalu memperhatikan pertumbuhan dan mengartikankannya sebagai proses perubahan dan pematangan fisik selain mematangkan Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dari segi intelektual.

3.2 Latar Belakang Keluarga
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari proses individu untuk menguasai bahan pelajaran. Latar belakang keluarga memberi pengaruh penting dalam tumbuh dan berkembangnya remaja. Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang tersebut, meliputi perbedaan sosial ekonomi, kultur dan lainnya mempengaruhi perkembangannya.
Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan anak pertama dari dua bersaudara, kedua orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan seorang guru. Jadi dari segi pendidikan orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran) sudah cukup memadai untuk mendidiknya kearah yang diingikannya tetapi tetap diluar jalur.
Agama merupakan akar dari terbentuknya pendidikan ahlak dari seorang remaja. Suasana keagamaan didalam keluarga Tri Cahyadi Putra (nama samaran) sangat baik, dengan bimbingan dari orang tua, Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dimasukkan kedalam suasana TPQ, disini ia belajar agama lebih dalam lagi.
Pola asuh dari orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dari segi pendidikan, yaitu; memasukkan ia ke sekolah-sekolah yang berkualitas yang menyediakan sarana dan peralatan-peralatan sekolah yang memadai, supaya ia mendapatkan pendidikan yang bermutu.

3.3 Pencapaian Perkembangan
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan keluarga ibu. Dari hal tersebut terbentuklah potensi-potensi tingkah laku bawaan sejak lahir. Hal itu juga akhirnya membentuk suatu pola karakteristik dan perkembangan yang berbeda-beda dari setiap individu remaja. Dari segi pertumbuhan fisik Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dilihat dari hasil pengamatan ukuran dan fisik tubuhnya diwariskan oleh kedua orang tuanya secara genetik. Keadaan kesehatan dan pemberian makan teratur sesuai dengan keadaan ekonomi keluarganya.
Dari segi intelek pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dilihat dari hasil pengamatan merupakan salah satu anak yang cerdas, ia selalu dapat rangking dikelas. Intelek atau berpikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otak. Karena pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual yang lazim disebut juga dengan istilah lain kemampuan berpikir.
Dari segi emosi padaTri Cahyadi Putra (nama samaran) dari hasil pengamatan, ia masih terlihat masih labil, ia pernah kedapatan merokok oleh orang tuanya. Kebutuhan akan sesuatu yang harus dipenuhinya dalam pergaulan menimbulkan efek samping dalam tingkah laku emosi. Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Jika kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan baik, maka ia akan puas, tapi sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak segera terpenuhi, maka akan merasa kekecewaan. Kecewa, senang dan puas merupakan gejala yang mengandung unsur senang dan tidak senang.

Dari segi bahasa pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dilihat dari hasil pengamatan, ia merupakan anak yang cerdas, pandai bergaul. Berdasakan pandangan tersebut dapat diartikan, perkembangan bahasa pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran) berkembang dengan baik tanpa masalah. Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitar; dengan orang-orang disekitarnya. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk mennyampaikan isi pikiran kepada orang lain.
Dari segi sosial pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dilihat dari hasil pengamatan, ia membutuhkan kelompok sosial untuk perkembangan hidupnya yang sehat dan normal seperti yang diinginkannya. Sikap dari orang tuanya, yaitu memberikan ia kebebasan dalam menentukan pergaulan dan tetap menghormati pada setiap orang walaupun berbeda agama dan suku, serta dapat membedakan mana yang baik ataupun buruk. Peran orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran) hanya mengarahkan tanpa terlalu ikut campur selama masih tetap pada jalurnya. Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antara manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Dari segi nilai pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran), dilihat dari hasil pengamatan, ia merupakan anak yang masih perduli dengan apa yang dialami oleh orang lain, walaupun ada hal-hal yang ia masih menganggap apa yang diinginkannya merupakan awal yang baik, seperti merokok. Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, remaja mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai yang boleh dan yang tidak boleh. Pada awalnya pengenalan nilai dan perilaku serta tindakan itu bersifat paksaan, dan remaja belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur-angsur remaja mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku didalam keluarganya.

3.4 Peristiwa-Peristiwa Khusus
Seorang remaja yang semakin dewasa, menujukkan fungsi-fungsi fisik dan pemikiran yang semakin matang. Hal ini berarti ia mampu menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam banyak hal. Dari kenyataan ini dapat dinyatakan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang remaja, berati ia semakin matang. Peristiwa-peristiwa yang dialami Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan salah satu proses tingkat kematangan fisik dan pikirannya.
Didalam kehidupan keseharian Tri Cahyadi Putra (nama samaran) mendambakan kebebasan seperti yang diingikannya seperti perilaku “over acting”, bersikap lancang dan lain sebagainya. Dalam hal yang ter jadi pada Tri Cahyadi Putra (nama samaran), yaitu kedapatan atau ketahuan merokok oleh orang tuanya yang menurutnya baik, akan tetapi hal itu berakibat kejengkelan. Dalam hal ini remaja selalu disalahkan dan akibatnya ia frustasi dengan tingkah lakunya sendiri. Atas didikan orang tuanya sikap yang baik juga ditunjukkan oleh Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dengan melihat orang-orang yang serba kekurangan dan sadar bahwa ia patutnya bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya.

3.5 Kebutuhan-Kebutuhan Pribadi
Individu adalh pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut terkait dengan kebutuhan-kebutuhan individu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu; kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari.
Harapan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan dan kepuasan selalu didambakan oleh setiap individu. Tri Cahyadi Putra (nama samaran) selama ini selalu diarahkan orang tuanya untuk mendapatkan sesuatu butuh perjuangan, disitu kedua orang tua Tri Cahyadi Putra (nama samaran) mengarahkan kearah yang lebih positif. Prestasi Tri Cahyadi Putra (nama samaran) dikelas yang baik sudah cukup menunjukkan bahwa apa yang diinginkannya dapat terpenuhi tanpa adanya paksaan Tri Cahyadi Putra (nama samaran) sendiri. Akan tetapi dilain pihak Tri Cahyadi Putra (nama samaran) tidak selalu senang apabila tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

3.6 Permasalahan-Permasalahan
Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi, karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar ia dapat mengaktualisasi diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati diri. Seperti pengalaman masalah yang pernah dihadapi Tri Cahyadi Putra (nama samaran) merupakan salah satu proses perubahan perkembangan pikiran. Perilaku tersebut disebabkan oleh dorongan-dorongan untuk mencari tahu, merasa ingin tahu, merasa ingin diperhatikan dan lain sebagainya. Masa remaja adalah masa khusus, penuh gejolak karena pada tumbuh dan berkembangnya terjadi ketidakseimbangan atau labil.

Read More ..

Sabtu, 20 Maret 2010

Pengetahuan matematika


A. Tokoh tokoh Matematika : Nama tokoh-tokoh matematika yaitu Rudi, Riny Marwati, Wibisono, Pak hendara, Alik Vasela, Poznati, Kozlom, Rinda, Nahled, Nhaholu, dan lain sebagainya. B. Manfaat matematika dalam hidup : Buku matematika adalah suatu buku yang didalamnya terdapat materi, rumus dan soal serta cara penyelesaian soal tersebut. Buku matematika sangat bermanfaat untuk pelajar maupun guru bidang studi tersebut, karena dengan buku ini guru bisa menjelaskan tentang cara รข€“ cara menghitung suatu soal dengan menggunakan rumus yang sudah di cantumkan dalam buku tersebut. Jadi sudah jelas matematika sangat bermanfaat untuk hidup seseorang, karena tanpa adanya pelajaran matematika ini banyak orang yang tidak bisa menghitung dengan benar. Matematika adalah kunci umum dari semua buku, contohnya : 1. Fisika : untuk mengerjakan fisika kita harus tau apa rumus dan cara menghitung yang benar nah itu semua berasal dari awalnya kita belajar matematika.2. Geografi : untuk mengetahui letak dan garis lintang suatu Negara kita harus menghitung terlebi dahulu berapa garis lintang Negara tersebut dan bagaimana keadaan Negara tersebut ? untuk mengetahuinya tentu saja kita harus menghitungnya dengan menggunakan rumus. C. Bagai mana jenis buku matematika yang baik untuk digunakan : Menurut saya jenis buku matematika yang baik untuk digunakan adalah buku matematika yang didalamnya terdapat materi, contoh soal, cara kerja, rumus dan latihan ulangan yang disusun dengan sangat singkat tetapi jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang mempelajarinya.

Read More ..

Matematika dan Kemerdekaan Indonesia

oleh orion pada Juni 18, 2009, 05:29:00
Bilangan prima adalah dasar dari matematika, termasuk salah satu misteri alam semesta. Tidak pernah terbayangkan oleh manusia sebelumnya, sampai ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan dasar dari kehidupan alam, yang dengan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu ini dalam sains. Pandangan orang umumnya mengatakan bahwa matematika hanyalah penemuan manusia biasa. Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu - Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler, Leibnitz, Newton, Euler, Gauss, termasuk para revolusioner abad ke-20, Planck, Einstein dan Sommerffeld - yakin bahwa keberadaan angka dan bentuk geometris merupakan konsep alam semesta dan konsep yang bebas (independent).




Artikel Matematika dan Kemerdekaan Indonesia
Jump to Comments
Oleh: Al Jupri
“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku…,” begitu seterusnya lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan oleh siswa-siswi SMP pada saat upacara bendera hari Senin yang lalu di sekolah Tom. Tom yang waktu itu kelas 3 SMP sangat bersemangat bila menyanyikan lagu ini.
Setelah pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, kemudian kepala sekolah– yang bertindak selaku pembina upacara–memberikan amanatnya.
“Anak-anak yang bapak cintai, sebentar lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan negara kita tanggal 17 Agustus nanti. Karena itu, sudah selayaknya kita mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur berjuang untuk meraih kemerdekaan yang sekarang kita rasakan ini….”
Begitu sedikit petikan amanat sang kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Karena kebetulan sang kepala sekolah adalah seorang mantan guru sejarah, beliau pun dengan “fasih” bercerita tentang peristiwa seputar detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945. Mulai dari menyerahnya Jepang ke tangan sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki di jatuhi Bom Atom tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, hingga peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 yang disusul dengan peristiwa penyusunan teks proklamasi oleh tokoh-tokoh bangsa kita. Semuanya diceritakan dengan begitu menggebu olehnya. Dan tentunya ia bercerita dengan penuh semangat peristiwa paling bersejarah, 17 Agustus 1945, yang terjadi di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat dibacakannya teks proklamasi pertama kali, tempat pertama kalinya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada dunia.
Mendengar kepala sekolah bercerita dengan begitu berapi-apinya, Tom pun merasakan semangat perjuangan yang dulu dilakukan oleh para pahlawan negeri kita. Amanat upacara yang biasanya tak begitu didengar, kali ini benar-benar disimak dengan seksama olehnya.
“Oleh karena itu anak-anak, sebagai bentuk upaya memperingati hari kemerdekaan kita, bapak telah menugaskan bagian kesiswaan untuk membentuk panitia lomba penulisan artikel seputar kemerdekaan kita. Jadi, kalian semua bapak harap dan anjurkan untuk membuat sebuah artikel tentang kemerdekaan negeri kita. Masalah teknisnya nanti pihak kesiswaan akan memberi pengumuman lanjutan.” Begitulah akhir amanat pak kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Setelah upacara beres, bagian kesiswaaan mengumumkan perihal lomba penulisan artikel kemerdekaan tersebut. Pengumuman tertulisnya tertempel di mading* sekolah.
Bersama teman-temannya, Tom pun datang ke tempat pengumuman untuk mencatat aturan-aturan penulisan artikel.
Di kelas, suasana cukup ramai membicarakan rencana artikel yang akan dibuat. Karena ini lomba perseorangan, mereka punya ide sendiri-sendiri. Teman sebangku Tom, Jerry misalnya, rencananya akan menulis tentang “Rengasdengklok dan Kemerdekaan Indonesia”. Teman lain yang duduknya agak berdekatan dengan Tom katanya akan menulis tentang “Bom atom, Hiroshima, Nagasaki, dan kemerdekaan Indonesia”. Ada juga yang akan menulis perihal hak asasi kemanusiaan dan kemerdekaan suatu bangsa.
Sementara itu Tom masih bingung, belum ada ide sementara itu.
Kelas pun dimulai, pelajaran pertama tentang bahasa Indonesia kemudian ekonomi, setelah itu istirahat. Dan dua pelajaran terakhir adalah pelajaran PPKN, dan Geografi.
Usai pelajaran sekitar jam 13.30 WIB, Tom masih juga belum mempunyai ide. Ia pun segera ke Mushola untuk sholat Dhuhur. Selepas Dhuhur ia masih juga belum punya ide. Ia tak segera pulang, termenung memikirkan artikel apa yang akan ia buat. Sekitar 40 menitan ia berpikir, akhirnya ia menemukan ide.
Tom menemui penjaga sekolah yang tinggal di lingkungan sekolah, ia meminjam meteran dan juga sebatang tongkat bambu seukuran 80 cm. Waktu itu menjelang Ashar, Tom sibuk ukur-mengukur sesuatu di lapangan upacara sekolah. Setelah beres ia pun mengembalikan pinjaman barang-barang tadi, sholat Ashar dan kemudian pulang.

Read More ..

Sabtu, 06 Maret 2010

BELAJAR MATEMATIKA


By istiyanto · December 4, 2009 · Filed in Matematika
Setelah menunggu beberapa bulan dalam proses editing, akhirnya buku saya yang berjudul BANK SOAL MATEMATIKA SMA terbit juga. Buku ini berisi soal-soal matematika untuk SMA kelas X, XI dan XII.
Selain itu, buku ini dilengkapi dengan:1. Ringkasan materi kelas X, XI dan XII.2. Rumus-rumus penting dan cara cepat penggunannya.3. Contoh soal latihan dan pembahasan.4. Bank soal untuk Ujian Nasional (UN), UMB (UJian Masuk Bersama), Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).5. Kunci jawaban untuk masing-masing soal.
Buku Bank Soal Matematika SMA ini diterbitkan oleh Gagas Media. Untuk harganya bisa Anda cek disini.
Nah, ini merupakan halaman depan (cover) bukunya.

Jika Anda melihat buku-buku ini di toko buku di kota Anda, jangan ragu untuk membelinya. Dijamin tidak akan rugi. Segera dapatkan sekarang juga di toko-toko buku terdekat di kota Anda.
BONUSJika Anda membeli buku ini sekarang juga, Anda akan langsung menjadi PREMIUM MEMBER di ISTIYANTO.COM senilai RP 75.000,00 yang saat ini memiliki ratusan member di seluruh Indonesia. Apa itu PREMIUM MEMBER ISTIYANTO.COM, silahkan cek disni.
Tidak hanya itu saja, Anda akan berkesempatan untuk berkonsultasi GRATIS dengan saya berkaitan dengan soal-soal matematika, tips belajar matematika, tips menghadapi ujian matematika dan lain-lain.
Cukup dengan RP 104.000,00 RP 29.000, Anda akan menjadi PREMIUM MEMBER + BUKU BANK SOAL MATEMATIKA yang berisi ringkasan materi dan kumpulan soal:- Bentuk akar, pangkat, dan logaritma- Persamaan dan fungsi kuadrat- Sistem persamaan linear- Pertidasamaan- Logika matematika- Statistika- Peluang- Lingkaran- Trigonometri- Suku banyak- Komposisi fungsi dan fungsi invers- Limit fungsi- Turunan- Integral- Program linear- Matriks- Vektor- Transformasi geometri- Dimensi tiga- Eksponen dan logaritma
So, buruan untuk mendapatkan buku ini, sebelum persedian habis. Ingat dengan RP 104.000,00 RP 29.000 Anda akan mendapat:PREMIUM MEMBER + BUKU BANK SOAL MATEMATIKA + KONSULTASI GRATIS
Buku ini cocok untuk siswa-siswa SMA, guru privat, guru bimbingan belajar dan para orang tua siswa yang ingin anaknya berprestasi dalam bidang Matematika. Ingat, ini merupakan kesempatan istimewa untuk mendapatkan buku matematika yang lengkap dan menarik.
SEGERA KUNJUNGI TOKO BUKU TERDEKAT DI KOTA ANDA.
Untuk pertanyaan, silahkan kirimkan email ke: istiyanto@ymail.com
Salam,ISTIYANTO

Read More ..

Jumat, 05 Maret 2010

LOGIKA MATEMATIKA

PENGERTIAN LOGIKA DAN PERNYATAANKebenaran suatu teori yang dikemukakan setiap ilmuwan, matematikawan, maupun para ahli merupakan hal yang sangat menentukan reputasi mereka. Untuk mendapatkan hal tersebut, mereka akan berusaha untuk mengaitkan suatu fakta atau data dengan fakta atau data lainnya melalui suatu proses penalaran yang sahih atau valid. Sebagai akibatny a, logika merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari. Di dalam mata pelajaran matematika maupun IPA, aplikasi logika seringkali ditemukan meskipun tidak secara formal disebut sebagai belajar logika. Bagian ini akan membahas tentang logika yang didahului dengan pengertian penalaran, diikuti dengan pernyataan, perakit-perakit pembentuk: negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi.

Read More ..